Jatim, Nusantaradigital.online – Ditengah kesibukan penanganan bencana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Trenggalek, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur terus melanjutkan program strategis pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) di berbagai daerah rawan bencana di Jawa Timur.
Pada pekan ketiga Mei 2025, sembilan desa dan kelurahan di delapan kabupaten telah menjadi lokasi pembentukan Destana. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Pulau Madura (Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan), kawasan Mataraman (Kabupaten Pacitan dan Ponorogo), serta wilayah Tapal Kuda (Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo).

Program ini mendapat dukungan langsung dari Komisi E DPRD Jawa Timur. Sejumlah anggota Komisi E hadir langsung di lapangan, antara lain Suli Daim (PAN) di Ponorogo, Ahmad Hadinuddin (Gerindra) di Banyuwangi, dan Zeiniye (PPP) di Situbondo. Mereka menyampaikan apresiasi atas upaya BPBD Jatim yang terus mendorong penguatan ketangguhan komunitas desa dalam menghadapi bencana.
Kehadiran negara bukan hanya ketika bencana datang, tetapi juga saat kita bersama-sama membangun kesiapsiagaan masyarakat. Program Destana adalah investasi kemanusiaan yang sangat penting, kata Suli Daim saat membuka kegiatan di Kelurahan Paju, Kecamatan Kota, Kabupaten Ponorogo.
Sementara itu, Ahmad Hadinuddin menyebut bahwa pendekatan komunitas merupakan kunci keberhasilan mitigasi bencana. Menurutnya, masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam upaya penanggulangan bencana di wilayahnya.
Kita tidak bisa terus bergantung pada bantuan luar. Ketika masyarakat siap, maka potensi kerugian akibat bencana bisa ditekan secara signifikan, ujarnya saat menghadiri pembukaan Destana di Banyuwangi.
Zeiniye menambahkan bahwa program Destana juga memberi manfaat berlapis, bukan hanya untuk keselamatan tetapi juga kesejahteraan masyarakat desa.
Selain melatih kesiapsiagaan, BPBD juga memberikan bibit pohon produktif. Ini bukan hanya mitigasi lingkungan, tapi juga penguatan ekonomi keluarga, jelasnya di Situbondo.
Sekretaris BPBD Jatim, Andhika N. Sudigda, mengatakan bahwa dalam setiap kegiatan pembentukan Destana, BPBD Jatim turut menyerahkan bantuan berupa 100 bibit pohon produktif. Bibit tersebut terdiri dari alpukat, durian, kelengkeng, dan jambu air yang diharapkan bermanfaat secara ekologis dan ekonomis.
Kami ingin membentuk komunitas yang tangguh. Karena dalam kondisi darurat, masyarakat adalah penyelamat pertama bagi dirinya sendiri dan lingkungannya, ujarnya.
Pelatihan Destana mencakup pengenalan peta rawan bencana, teknik Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), hingga simulasi evakuasi mandiri. Kegiatan ini juga dihadiri Kalaksa BPBD kabupaten/kota, Forkopimcam, kepala desa setempat, serta fasilitator dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Jatim.
BPBD Jatim berharap, melalui program Destana yang berkelanjutan dan berbasis partisipasi masyarakat ini, desa-desa di wilayah rawan dapat menjadi lebih mandiri, tangguh, dan siap menghadapi potensi bencana di masa mendatang. (why)