Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara dan Episentrum  Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Pendahuluan

Jawa Timur telah lama menjadi salah satu pilar utama perekonomian nasional. Dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang konsisten berada di peringkat kedua setelah DKI Jakarta, provinsi ini memainkan peran strategis dalam rantai pasok industri, perdagangan, dan logistik. Namun, ditengah perubahan geopolitik dan dinamika ekonomi global, muncul pertanyaan mendasar: Apakah Jawa Timur hanya akan terus menjadi penopang pertumbuhan nasional, ataukah siap mengambil peran lebih besar sebagai episentrum ekonomi baru Indonesia? Sebagai gerbang utama perdagangan ke Indonesia Timur, Jawa Timur memiliki keunggulan geografis yang tidak dimiliki provinsi lain. Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya adalah salah satu pelabuhan tersibuk di Asia Tenggara, sementara Bandara Internasional Juanda terus berkembang sebagai simpul utama logistik dan mobilitas bisnis.

Di sisi lain momen pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) ke Kalimantan membuka peluang strategis bagi Jawa Timur. Sebagai wilayah dengan infrastruktur paling siap di bagian timur Indonesia, provinsi ini berpotensi menjadi pusat logistik utama yang menghubungkan kawasan barat dan timur Nusantara. Pertanyaannya kemudian adalah apakah Jawa Timur siap mengoptimalkan peluang ini? Bagaimana  agar Jawa Timur tidak hanya menjadi pelengkap pertumbuhan nasional, tetapi juga pemain utama dalam perekonomian Indonesia masa depan.  

Potensi Ekonomi Jawa Timur

Sebagai salah satu pusat ekonomi utama di Indonesia, Jawa Timur menjadi penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 25,23 persen. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari dukungan infrastruktur logistik yang kuat,  investasi, serta dominasi sektor UMKM dan pertanian. Pelabuhan Tanjung Perak, yang melayani 80 persen distribusi logistik ke Indonesia Timur, menjadikan provinsi ini sebagai simpul utama perdagangan nasional. Selain itu, efisiensi investasi Jawa Timur, yang tercermin dari nilai ICOR yang lebih rendah dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa, menunjukkan daya saing yang tinggi dalam pengelolaan modal dan pertumbuhan ekonomi.

 

Keunggulan ini diperkuat oleh kontribusi sektor UMKM terhadap PDRB yang terus meningkat hingga mencapai 59,18 persen pada tahun 2023. Berbagai komoditas strategis yang menempati peringkat pertama secara nasional seperti produksi padi (17,98 persen), jagung (31,98 persen), susu (54,50 persen), bawang merah (24,41 persen), daging sapi (20,39 persen), dan telur (23,6 persen), juga menunjukkan peran Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional.

 

Meskipun ada fluktuasi bulanan, trend tahunan menunjukkan pertumbuhan positif dalam sektor pariwisata Jawa Timur.  Trend wisatawan mancanegara di Jawa Timur menunjukkan pertumbuhan positif secara tahunan, dengan jumlah kunjungan melalui pintu masuk Juanda mencapai 28.182 pada Oktober 2024, meningkat 28,12 persen dibandingkan Oktober 2023 (BPS Provinsi Jawa Timur, 2024). Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang mencapai 58,07 persen, naik 1,65 poin dari September 2024. Selain itu, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) asing di hotel berbintang meningkat menjadi 2,38 hari, naik 0,29 poin dari bulan sebelumnya, mencerminkan daya tarik Jawa Timur yang semakin kuat bagi wisatawan untuk tinggal lebih lama.

 

Perubahan preferensi pariwisata pasca pandemi semakin menguatkan bahwa trend wisata berbasis alam, edukasi, dan pengalaman autentik semakin diminati. Wisatawan kini tidak hanya mencari hiburan, tetapi juga nilai tambah berupa pengetahuan, keberlanjutan lingkungan, dan keterlibatan langsung dengan komunitas lokal.

 

Dalam konteks ini, Geopark menjadi salah satu konsep yang semakin relevan dalam mendukung pariwisata berkelanjutan di Jawa Timur. Geopark bukan sekadar kawasan wisata berbasis geologi, tetapi juga mencerminkan sinergi antara konservasi, edukasi, dan pembangunan ekonomi lokal. Konsep ini menitikberatkan pada perlindungan ekosistem, pelestarian warisan geologi, serta pemberdayaan masyarakat melalui aktivitas wisata berbasis ilmu pengetahuan dan budaya.

 

Dengan pendekatan ini, Geopark tidak hanya berkontribusi pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga memastikan bahwa aktivitas pariwisata tidak merusak lingkungan maupun mengabaikan kesejahteraan masyarakat setempat. Di Jawa Timur, terdapat beberapa destinasi unggulan yang telah menerapkan konsep Geopark. Beberapa diantaranya Geopark Ijen (Banyuwangi dan Bondowoso) dan Geopark Gunung Sewu (Pacitan)  yang telah berstatus sebagai Unesco Global Geopark (2023), yang mengusung fenomena alam langka seperti fenomena Blue Fire dan Karst, serta Geopark Bojonegoro, yang kini sedang dalam tahap pengusulan sebagai Unesco Global Geopark (UGGp).

 

Selain menawarkan keindahan alam, geopark-geopark ini juga menjadi pusat edukasi geologi dan ekowisata yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal dalam berbagai aspek, mulai dari pemandu wisata, pengelolaan homestay, hingga pengembangan produk ekonomi kreatif berbasis potensi lokal.

 

Sektor ekonomi kreatif ini tidak hanya menjadi pelengkap industri pariwisata, tetapi juga berperan sebagai penggerak utama ekonomi berbasis inovasi, budaya, dan kearifan lokal. Dengan beragam potensi sumber daya dan kekayaan budaya yang dimiliki, Jawa Timur menjadi ekosistem yang subur bagi berkembangnya berbagai sub sektor ekraf, mulai dari kriya, fashion, kuliner, seni pertunjukan, hingga ekonomi digital. PDRB Ekonomi Kreatif di Provinsi Jawa Timur mencapai nilai Rp173,90 triliun, dan berkontribusi sebesar 9,15 persen terhadap perekonomian Jawa Timur (BPS RI, 2016).

 

Pada tahun 2023, ekonomi kreatif di Jawa Timur mencatatkan nilai tambah sebesar Rp307 triliun (Kajian Universitas Brawijaya Malang dan Bappeda Provinsi Jatim, 2024). Sub sektor dominan yang menyumbang yaitu sub sektor kuliner sebesar 58,8 persen, disusul sub sektor arsitektur (11,33 persen), kriya (11,25 persen), seni pertunjukan (9,45 persen) serta sub sektor lainnya, termasuk desain dan fashion, sebesar 9,16 persen. Data ini menunjukkan ekonomi kreatif di Jawa Timur memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

 

Peluang Strategis Jawa Timur dalam Dinamika Nasional dan Global

Sebagai salah satu provinsi dengan kontribusi ekonomi terbesar di Indonesia, Jawa Timur memiliki posisi strategis dalam menghadapi perubahan global dan nasional. Dinamika industri, perdagangan, serta kebijakan pembangunan memberikan tantangan sekaligus peluang bagi daerah ini untuk terus beradaptasi dan berkembang.

 

Transformasi digital, penguatan rantai pasok, serta integrasi dalam proyek strategis nasional dan kerjasama regional menjadi aspek kunci dalam meningkatkan daya saing dan ketahanan ekonomi Jawa Timur. Jawa Timur juga memiliki potensi besar dalam memanfaatkan teknologi digital untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekosistem startup digital yang pesat, didukung oleh perguruan tinggi dan pusat riset unggulan, menjadi modal penting dalam membangun ekosistem inovasi yang kuat.

 

Selain itu, sebagai pusat logistik dan perdagangan, Jawa Timur memainkan peran utama dalam rantai pasok nasional dan global, dengan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pintu utama distribusi ke Indonesia Timur dan kawasan Asia Tenggara. Lebih lanjut, integrasi Jawa Timur dalam proyek strategis nasional, termasuk konektivitas dengan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta kerjasama ekonomi dengan negara-negara Asia Pasifik semakin memperkuat perannya dalam perdagangan internasional dan sektor industri berorientasi ekspor.

 

Tantangan dan Strategi Akselerasi

Tantangan Ketimpangan Ekonomi antar Wilayah dalam Provinsi

Ketimpangan ekonomi antara wilayah Utara dan Selatan Jawa Timur masih menjadi isu utama yang memerlukan perhatian serius. Wilayah Utara, khususnya Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan, berkembang pesat sebagai pusat industri, perdagangan, dan jasa. Sementara itu, wilayah Selatan seperti Pacitan, Trenggalek, dan Lumajang masih menghadapi keterbatasan akses infrastruktur dan konektivitas ekonomi, yang berdampak pada rendahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi lokal.

 

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kebijakan pemerataan pembangunan berbasis potensi daerah, seperti optimalisasi sektor pertanian dan pariwisata di wilayah selatan, serta penguatan konektivitas dengan pembangunan jalan tol dan jalur logistik yang lebih baik. Selain itu, penguatan kawasan industri di daerah tertinggal dengan dukungan insentif fiskal dapat mendorong investasi yang lebih merata.

 

Kebutuhan Peningkatan SDM dan Inovasi dalam Menghadapi Persaingan Global

Sumber daya manusia yang kompetitif dan inovatif menjadi kunci bagi Jawa Timur untuk menghadapi tantangan globalisasi dan revolusi industri 4.0. Saat ini, meskipun Jawa Timur memiliki banyak perguruan tinggi dan lembaga pelatihan kerja, masih terdapat kesenjangan antara keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan industri. Banyak lulusan masih belum memiliki keterampilan teknis yang sesuai dengan perkembangan teknologi di sektor manufaktur, digital, dan ekonomi kreatif.

 

Untuk itu, program pendidikan vokasi harus diperkuat dengan kurikulum berbasis industri, magang di perusahaan, serta kerjasama dengan dunia usaha dan akademisi dalam menciptakan tenaga kerja siap pakai. Selain itu, dukungan bagi UMKM dan startup lokal dalam pengembangan inovasi juga harus ditingkatkan melalui akses pendanaan, pendampingan bisnis, dan penyediaan inkubator teknologi.

 

Strategi Penguatan Tata Kelola Pemerintahan dan Kebijakan Ekonomi yang Pro-Investasi

Kemudahan berusaha dan kepastian regulasi sangat berpengaruh terhadap daya tarik investasi di Jawa Timur. Meski menjadi salah satu provinsi dengan realisasi investasi tertinggi di Indonesia, tantangan birokrasi dan regulasi yang kurang fleksibel masih menjadi kendala bagi investor. Untuk meningkatkan daya saing, reformasi birokrasi perlu terus dilakukan dengan mengembangkan sistem perijinan berbasis digital, penyederhanaan proses administrasi investasi, serta peningkatan transparansi dalam tata kelola pemerintahan. Selain itu, kebijakan insentif bagi investor yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, seperti di sektor energi terbarukan dan industri hijau, perlu diperluas.

 

Pemerintah juga harus lebih proaktif dalam mempromosikan potensi investasi melalui kerjasama dengan asosiasi bisnis dan perdagangan internasional. Dengan mengatasi tantangan secara komprehensif, Jawa Timur dapat memperkuat posisinya sebagai poros ekonomi baru Nusantara, menciptakan pertumbuhan yang inklusif, dan meningkatkan daya saing dalam perekonomian nasional maupun global.

 

Kesimpulan   

Jawa Timur memiliki potensi besar untuk menjadi poros ekonomi baru Nusantara, didukung oleh infrastruktur logistik yang kuat, sektor UMKM yang dominan, serta pertumbuhan industri kreatif dan digital yang pesat. Keunggulan geografis provinsi ini menjadikannya sebagai simpul utama perdagangan nasional dan pusat logistik yang strategis dalam mendukung konektivitas ke wilayah Indonesia Timur.

 

Selain itu, sektor pariwisata berbasis Geopark serta ekonomi kreatif berbasis budaya menunjukkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah, menciptakan peluang ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan perkembangan ekosistem startup digital dan daya saing ekspor yang terus meningkat, Jawa Timur semakin siap untuk memperkuat perannya dalam perekonomian nasional maupun global.

 

Namun, masih terdapat tantangan besar yang perlu diatasi, seperti ketimpangan ekonomi antar wilayah, kesenjangan kualitas sumber daya manusia dengan kebutuhan industri, serta birokrasi dan regulasi yang masih perlu disederhanakan untuk meningkatkan daya tarik investasi. Wilayah Selatan Jawa Timur yang masih tertinggal dalam akses infrastruktur dan investasi harus mendapatkan perhatian lebih dalam perencanaan pembangunan.

 

Selain itu, peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan vokasi berbasis industri serta penguatan dukungan terhadap UMKM dan startup lokal akan menjadi faktor krusial dalam menghadapi persaingan global. Reformasi birokrasi dan kebijakan pro-investasi juga menjadi kunci dalam mempercepat transformasi ekonomi dan menarik lebih banyak investasi berkualitas.

 

Sebagai rekomendasi, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan strategis dalam mempercepat pembangunan inklusif dan berkelanjutan. Peningkatan infrastruktur dan konektivitas ke wilayah tertinggal harus menjadi prioritas untuk memastikan pemerataan ekonomi di seluruh provinsi.

 

Program pengembangan SDM harus difokuskan pada peningkatan keterampilan berbasis teknologi dan industri kreatif agar tenaga kerja Jawa Timur lebih kompetitif di pasar global. Selain itu, reformasi regulasi dan birokrasi, khususnya dalam penyederhanaan perijinan serta pemberian insentif investasi berbasis keberlanjutan, harus terus diperkuat untuk meningkatkan daya saing daerah. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, Jawa Timur dapat mewujudkan visi sebagai pusat ekonomi baru Indonesia yang berdaya saing tinggi dan inklusif.

 

Penulis :

Nurareni Widi Astuti, SE, MSi

Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya

By why hum

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights