Oleh: Budi Raharjo
Staf Ahli Gubernur Jatim Bidang SDM, kandidat doktor PSDM Universitas Airlangga.

Perubahan dunia kerja hari ini berlangsung dengan kecepatan luar biasa. Otomatisasi, digitalisasi, disrupsi model bisnis, hingga tekanan geopolitik global telah menciptakan lanskap baru dunia usaha dan industri. Sayangnya, sistem ketenagakerjaan kita belum sepenuhnya siap menjawab tantangan ini.
Bonus demografi yang kita miliki adalah peluang langka, tetapi hanya akan menjadi kekuatan jika disertai strategi menyiapkan SDM yang adaptif, terampil, dan relevan. Jika tidak, justru menjadi potensi masalah: pengangguran muda meningkat, produktivitas stagnan, dan dunia usaha kesulitan mencari tenaga kerja yang sesuai.
Di tengah situasi ini, kita butuh terobosan. Salah satu jawaban strategis adalah program CORE Path (Competency and Occupation Route to Employment)—sebuah pendekatan baru yang menyambungkan jalur kompetensi dengan okupasi secara terstruktur, berbasis data, dan didesain untuk menjawab kebutuhan riil dunia kerja.
Tidak Sekadar Pelatihan
CORE Path tidak hanya fokus pada pelatihan semata. Ia menyusun peta keterampilan berbasis sektor (sectoral skills framework), yang memungkinkan pelatihan disesuaikan dengan arah pertumbuhan industri. Jalur pelatihannya pun fleksibel, bisa diakses siapa saja: pencari kerja, pekerja yang ingin alih profesi, atau mereka yang ingin meningkatkan keterampilan.
Yang paling penting, CORE Path mendorong kolaborasi konkret antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan vokasi. Tidak cukup berhenti di MoU dan seremoni, tetapi harus diwujudkan dalam pelatihan bersama, kurikulum yang disesuaikan, serta penyediaan tempat magang dan sertifikasi kompetensi yang diakui lintas sektor bahkan lintas negara.
Peta Tantangan Dunia Kerja Baru
Kita harus jujur bahwa transformasi dunia kerja hari ini menciptakan tantangan yang kompleks:
-
Otomatisasi menggusur banyak pekerjaan konvensional, terutama di sektor manufaktur.
-
E-commerce dan logistik berbasis digital menciptakan kebutuhan baru yang belum tercakup dalam pelatihan formal.
-
Pertanian modern menuntut pendekatan berbasis teknologi dan kewirausahaan.
-
Pekerjaan perawatan (care work) tumbuh pesat seiring lonjakan kebutuhan layanan untuk anak, lansia, dan penyandang disabilitas.
-
Transisi energi mendorong tumbuhnya green jobs, yang membutuhkan keterampilan teknis sekaligus kesadaran lingkungan.
-
Ekonomi digital dan gig economy menawarkan fleksibilitas, tapi juga menantang sistem perlindungan sosial yang ada.
Sayangnya, infrastruktur pelatihan belum merata, akses tidak setara antarwilayah, dan banyak kurikulum pendidikan formal tidak mampu mengejar dinamika industri. Di sisi lain, struktur ketenagakerjaan kita masih didominasi sektor informal, dengan perlindungan yang minim.
CORE Path Harus Jadi Kebijakan Nasional
Agar CORE Path tak berhenti sebagai proyek percontohan, ia perlu diposisikan sebagai bagian dari kebijakan nasional pembangunan SDM. Integrasi ke dalam RPJMN, strategi pendidikan vokasi nasional, serta transformasi ekonomi digital dan hijau mutlak diperlukan.
Pemerintah juga harus menjamin dukungan pendanaan, infrastruktur pelatihan yang responsif, serta sistem informasi pasar kerja yang real-time. Dunia usaha yang berpartisipasi aktif dalam pelatihan harus diberi insentif konkret. Tim koordinasi pendidikan dan pelatihan vokasi di daerah (TKDV) perlu diperkuat, agar program ini tidak top-down semata, tetapi benar-benar menjawab kebutuhan lokal dan memperkuat ekonomi wilayah.
Dari sisi investasi, tenaga kerja yang terampil akan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), membuat investasi lebih efisien dan produktif.
Menuju Ekosistem Kerja yang Adaptif dan Inklusif
CORE Path adalah bukti bahwa menyiapkan SDM tidak bisa dilakukan dengan pendekatan lama. Kita tidak cukup hanya membangun gedung pelatihan atau mencetak ijazah, tapi perlu ekosistem keterampilan yang hidup, fleksibel, dan responsif terhadap perubahan.
Ditengah dunia yang terus bergerak, kita butuh strategi pembangunan SDM yang tidak reaktif, tetapi proaktif. CORE Path adalah bentuk keseriusan dalam membangun kekuatan human capital—karena masa depan pekerjaan, pada akhirnya, adalah masa depan manusia itu sendiri.