Mojosari, Nusantaradigital.online — Sebuah tonggak penting kembali ditorehkan dalam dunia ketenagakerjaan inklusif di Jawa Timur. Sebanyak 11 penyandang disabilitas sensorik pendengaran kini resmi bergabung sebagai operator produksi bidang jahit di PT Kertaradjasa Raya, berkat kolaborasi strategis dengan Galeri Disabilitas Kinasih dan UPT Dinas Sosial Jawa Timur (GADISKU).

Langkah progresif ini diawali dengan kegiatan orientasi kerja pada Senin, 26 Mei 2025, yang dilaksanakan di dua lokasi perusahaan: Mojosari dan Nganjuk. Orientasi ini bukan sekadar rutinitas administratif, melainkan bagian dari pendekatan strategis perusahaan untuk memastikan para pekerja baru dapat memahami lingkungan kerja, beradaptasi dengan ritme industri, dan merasa dihargai secara utuh.
Ernanda Bagus Susatyo, HRD PT Kertaradjasa Raya, menegaskan bahwa inklusi bukan hanya kebijakan, tapi nilai inti perusahaan.
“Kami percaya setiap individu memiliki potensi unik, terlepas dari kondisi fisiknya. Orientasi ini kami desain khusus untuk memastikan mereka bisa bekerja dengan nyaman dan produktif,” ungkap Ernanda.
Dengan pernyataan itu, PT Kertaradjasa Raya kembali meneguhkan posisinya sebagai perusahaan pelopor kesetaraan di dunia industri, sekaligus role model bagi perusahaan lain di Jawa Timur.
Di sisi lain, Edy Cahyono, Founder GADISKU, tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya. Ia menyebut pencapaian ini sebagai bukti konkret bahwa inklusi bukan sekadar jargon.
“Ini adalah bukti nyata bahwa disabilitas bukan penghalang untuk berkarya. Sejak awal, misi kami selalu jelas: menciptakan kesempatan kerja yang setara bagi semua,” tegas Edy.
Sementara itu, Abdul Majid, Koordinator LPK GADISKU, menyoroti pentingnya proses pendampingan intensif. Ia menyebut bahwa GADISKU bukan hanya menjembatani akses kerja, tetapi juga mempersiapkan mental dan keterampilan para peserta secara holistik.
“Kami tidak hanya membantu mereka lolos seleksi, tapi juga memastikan mereka benar-benar siap menghadapi dunia kerja,” jelas Majid.
Kerja sama antara GADISKU dan PT Kertaradjasa Raya membawa efek domino yang positif. Tidak hanya membantah stigma lama soal keterbatasan penyandang disabilitas, tetapi juga membuka mata dunia industri bahwa inklusivitas adalah investasi sosial yang berkelanjutan.
Perusahaan bahkan telah menyiapkan fasilitas kerja yang aksesibel, termasuk alat bantu khusus dan modifikasi prosedur produksi yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerja disabilitas.
Langkah ini menunjukkan bahwa inklusi bukan sekadar memenuhi regulasi, melainkan bentuk nyata dari nilai kemanusiaan dan keberagaman di dunia kerja.
Kisah ini menjadi bukti bahwa dengan niat baik, kolaborasi, dan strategi yang tepat, dunia kerja yang inklusif bukan lagi mimpi. Ini adalah ajakan terbuka bagi perusahaan lain untuk menyusul jejak PT Kertaradjasa Raya — membuka pintu, memberi kesempatan, dan merayakan keberagaman dalam produktivitas. (why)