Sidoarjo, Nusantaradigital.online – Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, menyampaikan perkembangan terbaru terkait proses evakuasi korban longsor di Trenggalek yang terjadi beberapa hari lalu. Dalam wawancara eksklusif pada Jumat (23/5), Gatot menegaskan bahwa hingga siang ini, masih ada empat korban yang belum ditemukan dari total enam orang yang tertimbun akibat longsor yang menimpa lima rumah di dua RT, yakni RT 15 dan RT 16.

“Sejak kemarin sore, evakuasi telah menemukan dua korban atas nama Yatemi (65), dan Mesinem (83). Jenazah ditemukan sekitar pukul 15.00 WIB. Proses penggalian semakin efektif setelah alat berat berhasil menjangkau titik rumah yang tertimbun,” ujar Gatot di kantornya di Sidoarjo.
Menurutnya, kerja anjing pelacak K9 sangat terbantu dengan penemuan pertama tersebut karena mempercepat identifikasi titik-titik yang berpotensi terdapat korban lainnya. Namun, tantangan tetap besar mengingat kondisi tanah yang sangat labil dan potensi longsor susulan.
Cuaca dan Keselamatan Jadi Pertimbangan Utama
“Material longsor ini masih rapuh. Jika tidak hati-hati, penggunaan alat berat maupun penyemprotan air dapat memicu longsor baru. Karena itu, kehati-hatian menjadi prinsip utama kami,” tegasnya.
Gatot menyebutkan, keberadaan safety officer di lokasi sangat penting untuk mengawasi tanda-tanda pergerakan tanah. Jalur akses menuju lokasi yang sebelumnya tertutup kini mulai bisa dilalui, memungkinkan warga untuk mulai membersihkan dan menyelamatkan barang-barang dari rumah yang terdampak.
Kajian Ahli dan Potensi Relokasi
Sebagaimana arahan Gubernur Jawa Timur, BPBD telah melibatkan ahli geologi, termasuk Prof. Arif, untuk melakukan kajian mendalam terhadap kondisi tanah di lokasi bencana.
“Apakah kawasan tersebut masih layak dihuni atau perlu relokasi, kami tunggu hasil kajiannya. Kalau relokasi diperlukan, Pemprov siap membantu pembangunan dengan syarat lahan disediakan oleh pemkab,” ujar Gatot.
Kronologi dan Dampak
Longsor terjadi secara tiba-tiba pasca hujan deras pada Kamis sore (22/5). “Tanpa ada tanda-tanda awal, tanah longsor menghantam pemukiman warga. Banyak korban saat itu berteduh karena hujan dan padamnya listrik. Total rumah terdampak sebanyak 10 unit, dengan 2 rumah tidak terpakai,” jelasnya.
Korban meninggal dunia tercatat sebanyak enam orang (tertimbun) Sementara, jumlah pengungsi yang sempat mencapai 58 jiwa kini menyusut menjadi 24 orang karena sebagian telah kembali ke rumah atau tinggal bersama keluarga.
Langkah Jangka Pendek dan Bantuan
BPBD saat ini fokus pada penyelesaian evakuasi empat korban yang tersisa, pengawasan kondisi tanah, serta koordinasi dengan BMKG untuk memantau cuaca.
“Kami juga mempertimbangkan pemasangan sistem peringatan dini (early warning system) jika hasil kajian menyarankan demikian,” ujar Gatot.
Bantuan logistik telah disalurkan oleh berbagai pihak, termasuk Gubernur Jatim, Pemkab Trenggalek, BUMD, serta BNPB.
“Kami juga sangat berterima kasih atas dukungan relawan dan donatur. Penanganan bencana tidak bisa berhasil tanpa kolaborasi semua pihak,” tandas Gatot.
Ia menambahkan, BNPB melalui perwakilannya telah meninjau lokasi dan menyampaikan komitmennya untuk membantu baik secara logistik maupun langkah strategis berdasarkan hasil kajian teknis.
Penanganan Pasca-Bencana Butuh Kerja Sama Semua Pihak
BPBD Jatim menekankan bahwa penanganan pasca-bencana, terutama potensi relokasi, harus disiapkan bersama antara pemerintah kabupaten dan provinsi, dengan melibatkan warga terdampak.
“Kami berharap hasil kajian bisa segera keluar agar langkah-langkah strategis bisa dilakukan demi keselamatan jangka panjang warga,” pungkas Gatot.
Reporter: Wahyu Safitri | Editor: [andik]
Foto: Dokumentasi BPBD Jatim
Lokasi: Trenggalek, Jawa Timur